tastetrip.id – Di era teknologi yang terus berkembang, gaya hidup cashless semakin menjadi preferensi masyarakat di Indonesia. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan, tren ini seolah menjadi magnet bagi banyak pengguna baru setiap harinya.
Namun, di balik kenyamanan tersebut, muncul pertanyaan mendalam tentang dampak nyata dari gaya hidup ini. Apakah kita benar-benar dapat menghemat uang atau justru terperangkap dalam pola belanja yang boros?
Apa Itu Gaya Hidup Cashless?
Gaya hidup cashless mengacu pada sistem pembayaran yang tidak menggunakan uang tunai, tetapi memanfaatkan teknologi modern seperti kartu debit, aplikasi perbankan, dan dompet digital. Di Indonesia, penggunaan metode pembayaran ini mengalami lonjakan seiring dengan tingginya akses terhadap teknologi.
Dengan kemudahan yang ditawarkan, banyak orang merasa lebih nyaman menggunakan uang digital. Transaksi menjadi lebih cepat dan aman, hanya dengan beberapa sentuhan di ponsel, Anda sudah bisa berbelanja atau membayar tagihan tanpa harus repot menghitung uang kembalian.
Keuntungan Gaya Hidup Cashless
Salah satu keuntungan utama dari gaya hidup cashless adalah kemudahan dalam bertransaksi. Tanpa perlu khawatir kehilangan uang tunai atau kesalahan dalam mendapatkan kembalian, proses belanja menjadi lebih lancar.
Lebih dari itu, gaya hidup cashless juga mempermudah pencatatan keuangan. Banyak aplikasi keuangan otomatis yang mencatat pengeluaran Anda, membantu memantau pengeluaran dan menyusun anggaran lebih efisien.
Risiko dan Dampak Negatif
Namun, ada sisi kelam dari gaya hidup cashless yang harus diperhatikan. Berbagai laporan menunjukkan bahwa dengan beralih dari pembayaran tunai, beberapa orang cenderung lebih boros karena transaksi yang tidak terlihat memberi keleluasaan berlebih saat berbelanja.
Risiko lainnya mencakup kemungkinan peretasan dan penipuan yang meningkat seiring dengan penggunaan uang digital yang kian meluas. Sangat penting untuk tetap berhati-hati saat bertransaksi online dan memastikan perangkat yang digunakan aman dari malware.