tastetrip.id – Delapan bayi sehat lahir di Inggris menggunakan teknik fertilisasi in vitro (IVF) inovatif yang melibatkan DNA dari tiga orang, memberikan harapan baru bagi keluarga dengan penyakit mitokondria.
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine oleh para peneliti dari Newcastle University dan Monash University, menunjukkan proses yang kontroversial namun menjanjikan.
Prosedur dan Hasil Uji Coba
Teknik baru ini disetujui di Inggris pada tahun 2015, memanfaatkan DNA dari sel telur ibu, sperma ayah, dan sejumlah kecil DNA mitokondria sehat dari sel telur donor.
Istilah ‘bayi tiga orang tua’ sering digunakan untuk menjelaskan konsep ini, meskipun hanya sekitar 0,1% DNA bayi berasal dari donor.
Uji coba ini melibatkan 22 perempuan yang menjalani perawatan di Newcastle Fertility Centre di timur laut Inggris, di mana delapan bayi berhasil dilahirkan, terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan.
Usia bayi yang lahir berkisar antara kurang dari enam bulan hingga lebih dari dua tahun, menunjukkan potensi dari teknik ini.
Kesehatan dan Pemantauan Jangka Panjang
Saat ini, semua anak dalam kondisi sehat, namun kesehatan jangka panjang mereka akan terus dipantau untuk memastikan tidak ada komplikasi di masa depan.
Penyakit mitokondria adalah kelainan genetik yang jarang namun serius, mempengaruhi satu dari 5.000 kelahiran, dan hingga kini belum ada obatnya.
Gejala penyakit ini dapat meliputi kehilangan penglihatan dan penyusutan otot, sehingga prosedur baru ini diharapkan menjadi sinar harapan bagi keluarga yang terdampak.
Kontroversi dan Pandangan Masa Depan
Meskipun metode ini menunjukkan hasil yang positif, prosedur tersebut belum disetujui di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Prancis.
Terdapat banyak kekhawatiran etis terkait prosedur ini, seperti isu penghancuran embrio manusia dan kemungkinan munculnya ‘bayi rancangan’.
Namun, banyak ahli berpendapat bahwa manfaat yang dapat dirasakan oleh keluarga yang menghadapi penyakit mitokondria yang parah sangat jelas.
Teknik ini bisa jadi menjadi langkah besar dalam dunia kedokteran reproduksi dan genetik, meskipun tantangan masih ada.